Pembela LGBT Berdalih Lewat Ayat Lelaki tak Berhasrat, Begini Penjelasannya

Tuntunan  

Kita bisa menyimpulkan adanya hadis ini menunjukkan jika Rasulullah SAW tak menggolongkan kaum LGBT sebagai golongan dari 'lelaki yang tak mempunyai keinginan' seperti dalam QS An-Nisa 31 di atas. Ini bisa terlihat jelas pada hadis yang bersumber dari Siti Aisyah. Jika nabi menggolongkannya termasuk 'lelaki yang tak mempunyai keinginan', maka lelaki itu tak akan diusir karena dia mendapat pengecualian untuk bisa melihat aurat perempuan mukmin.

Lelaki tak berhasrat atau Ulil Irbati Minarrijal dalam ayat itu disebut Prof Quraish Shihab dalam tafsir al Mishbah sebagai pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita). Menurut Quraish, kata irbah diambil dari kata ariba yang berarti memerlukan atau menghajatkan. Adapun yang dimaksud di sini adalah kebutuhan seksual dan anak-anak atau yang sakit sehingga dorongan tersebut hilang darinya.

Sayyid Quthb dalam Tafsir Fizhilalil Quran menjelaskan, pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan adalah para lelaki yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita disebabkan oleh apa pun. Contohnya saja, orang yang dikebiri, impoten, tidak sempurna akalnya, gila, dan segala sebab yang membuat lelaki tidak bernafsu kepada wanita. Karena, pada kondisi tersebut tidak timbul fitnah dan godaan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lebih detail, Imam Ibnu Katsir mengungkapkan, mereka adalah orang-orang sewaan dan para pelayan yang tidak sepadan (dengan majikan). Akal mereka pun kurang dan lemah, tiada keinginan terhadap wanita pada diri mereka dan tidak pula berselera terhadap wanita. Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud adalah lelaki dungu yang tidak mempunyai nafsu syahwat.

Mujahid mengatakan bahwa yang di mak sud adalah lelaki yang tolol. Sedangkan, menurut Ikrimah, yang dimaksud adalah laki-laki banci yang kemaluannya tidak dapat berereksi. Kalangan salaf lain mengatakan hal yang sama mengenai lelaki tak berkeinginan tersebut.

Bagaimana dengan QS al-Isra ayat 84 yang dimaknai para pembela LGBT sebagai keragaman orientasi seksual? Quraish Shihab menjelaskan, syakilah yang dimaksud dalam ayat ini pada mulanya digunakan untuk cabang pada satu jalan. Ibn 'Asyur memahami kata ini dalam arti jalan atau kebiasaan yang dilakukan seseorang sementara Sayyid Quthb memahaminya dalam arti cara dan kecenderungan. Menurut Quraish, ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia me miliki kecenderungan, potensi, dan pembawaan yang menjadi pendorong aktivitasnya. Tidak ada tafsir keragaman orientasi seksual dari para ulama atas ayat tersebut.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pecinta Nasi Uduk

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image