Tak Ada Dalil Ziarah Kubur Jelang Ramadhan, Perlukah Dibilang Ahli Bid'ah?

Tuntunan  

Tradisi ziarah kubur menjelang bulan suci Ramadhan memang marak terjadi di Tanah Air. Pemakaman baik Tempat Pemakaman Umum (TPU) maupun pemakaman milik swasta selalu ramai oleh para peziarah. Meski demikian, Ustaz Ahmad Sarwat dalam Fiqih Ramadhan menjelaskan, tidak ada dalil momentum Ramadhan dengan ziarah kubur. Ziarah kubur boleh dilakukan kapan saja tanpa harus menjelang masuknya bulan Ramadhan. Meski demikian, Ustaz Sarwat menegaskan, agar tak perlu menunjuk bid'ah pada ziarah kubur jelang Ramadhan. Menurut dia, hal tersebut alih-alih menyelesaikan masalah justru memecah belah. Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca juga: Para Jenazah Pun Membalas Salam Saat Ada yang Ziarah Kubur

Ternyata kami tidak menemukan dalil yang menganjurkan waktu yang paling baik untuk berziarah kubur. Apalagi jika dikaitkan dengan kedatangan bulan Ramadhan. Yang ada hanyalah anjuran untuk berziarah kubur, karena mengingatkan kita kepada kematian. Tapi waktunya tidak pernah ditentukan. Jadi boleh kapan saja, tidak harus menjelang masuknya bulan Ramadhan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Adapun kebiasaan yang sering kita saksikan di tengah masyarakat untuk berziarah kubur menjelang datangnya Ramadhan, kami yakin bahwa mereka melakukannya tanpa punya dalil yang eksplisit dari nabi SAW. Dalil yang mereka gunakan hanyalah dalil umum tentang anjuran berziarah kubur. Sedangkan dalil yang mengkhususkan ziarah kubur menjelang Ramadhan, paling tinggi hanya sekedar ijtihad. Itu pun masih sangat mungkin disanggah.

Beliau SAW tidak pernah menganjurkan secara tegas bahwa bila Ramadhan menjelang, silahkan kalian berziarah ke kuburan-kuburan. Atau kalau ke kuburan jangan lupa pakai pakaian hitam-hitam, dan juga jangan lupa bawa kembang buat ditaburkan. Sama sekali tidak ada nash-nya, baik di Al-Quran maupun di sunnah nabi-Nya. Dan memang semua fenomena itu terjadi begitu saja, tanpa ada ulama yang memberian arahan dan penjelasan. Padahal masyarakat kita ini terkenal sangat agamis dan punya semangat besar untuk menjalankan agama. Sayangnya, mereka tidak punya akses untuk bertanya kepada para ulama syariah yang ahli di bidangnya. Yang tersedia hanya para penceramah, da'i, atau ahli pidato yang digelembungkan namanya lewat media massa dan menjadi sangat tenar bahkan masuk ke wilayah selebriti, tetapi sayangnya mereka kurang punya perhatian dalam masalah hukum Islam, apalagi sampai kepada kritik sanad hadits-hadits nabawi.

Ini perlu dipikirkan agar jangan sampai kejahilan di tengah umat ini terus-menerus terjadi, bahkan menjadi tradisi. Sudah waktunya bila umat ini punya akses kuat kepada para ulama ahli syariat, untuk meluruskan kembali kehidupan mereka sesuai dengan syariat Islam yang lurus. Jauh dari pola ikut-ikutan tanpa manhaj yang benar.

Namun sekedar mencaci dan mengumpat atau menuduh bahwa mereka itu ahli bid'ah, jahiliyah, atau tidak sejalan dengan manhaj ahli sunnah, tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan dalam banyak kasus, malah akan menimbulkan masalah. Kita berharap proses pencerahan umat untuk mengenal syariah ini tidak terkotori dengan adab yang buruk, atau dengan sikap arogan, yang hanya akan membuat objek dakwah kita semakin menjauh. Yang dibutuhkan adalah pemberian pemahaman secara simpatik, cerdas, dan tetap menghargai serta tidak mempermalukan.

Baca juga: Kunjungan Para Penghuni Kubur

Baca juga: Pembela LGBT Berdalih Lewat Ayat 'Lelaki tak Berhasrat', Begini Penjelasannya

Baca juga: Kisah Mujahid, Ulama dan Dermawan yang Diseret ke Neraka

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pecinta Nasi Uduk

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image