Niar, Istri Pertama yang Dimanja Arsyad

Pustaka  

Arsyad menikahi Niar pada tahun 50-an. Pernikahan ini terjadi tiga belas tahun sebelum Arsyad menikahi Ifa, sang istri ketiga. Niar tergolong cantik. Fisiknya mempesona dengan rambut terurai panjang, kulit bening, mata besar, hidung mancung khas wanita keturunan Arab. Niar mengenal Arsyad sejak masa perjuangan kemerdekaan. Syahdan, Arsyad merupakan seorang pejuang yang ditakuti Belanda dan Jepang.

Setelah perang usai, Arsyad memilih meninggalkan militer dan merintis usaha. Dia mendirikan bengkel sepeda yang dengan pesat berkembang hingga cabangnya ada dimana-mana. Arsyad pun membangun bisnis kontrakan hingga disulap menjadi sebuah hotel mewah di Surabaya.

Pasangan ini hidup dengan kemewahan. Mereka tinggal di rumah besar nan strategis di tengah kota. Secara berkala, Arsyad membeli rumah untuk warisan anak-anaknya kelak. Arsyad pun biasa memenuhi semua keinginan istri. Niar tinggal sebut. Pakaian, kendaraan, perhiasan, bisa diberikan Arsyad. Anak-anaknya pun hidup lebih dari cukup.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hanya saja, Arsyad merupakan pengusaha sibuk. Waktunya amat sedikit bagi keluarga. Karena itu, semua kebutuhan istri dan anak dipenuhinya dengan maksimal. Dia pun merasa kewajibannya menjalankan tugas sebagai kepala keluarga sudah dijalankan.

Sayangnya, Niar tidak mampu menangani keluarga dengan baik. Kesibukan suaminya di kantor membuat Niar sendiri. Hubungan antara orangtua dan anak terasa sendu. Niar tak bisa mendidik anak-anaknya sendirian. Empat anaknya kerap beraktivitas mandiri. Si bungsu perempuan lebih sering dididik oleh tiga kakak lelakinya itu. Lambat laun, mereka pun kerap menjadi berandal kecil yang kerap membuat masalah.

Arsyad pun sadar jika ini akan menjadi masalah. Karena itu, Asyira datang menawarkan diri sebagai guru ngaji. Keluarga itu pun menerima dengan suka cita. Anak-anak mulai terkendali. Mereka mulai rajin mengaji. Arsyad pun kagum dengan Asyira yang mampu mengendalikan anak-anaknya. Guru ngaji itu sabar dan memiliki tutur kata yang halus. Asyira juga sering membawakan hadiah untuk anak-anaknya.

Kehadiran Asyira juga membuat hidup Niar menjadi lebih mudah. Ia tak lagi pusing mendengar kegaduhan anak-anak. Mereka lebih leluasa meninggalkan rumah untuk berbelanja dan jalan-jalan. Terkadang, Arsyad pulang dan tidak mendapati istrinya di rumah. Justru Asyira yang menyambutnya lantaran dia sedang membantu menjaga anak-anaknya.

Baca juga: Saat Asyira Menjadi Istri Kedua Arsyad, Semua Berawal dari Nasi Goreng

Baca juga: Mengenal Ifa, Istri Ketiga Arsyad yang Dinikahi Usai Didoakan Asyira

Baca juga: Tahajud Setiap Hari demi Proyek Suami, Asyira Shock Ternyata Arsyad Nikah Lagi

Baca juga: Mau Poligami, Yakin?

Kisah ini terekam dalam buku yang ditulis pasangan suami-istri penulis Asma Nadia dan Isa Alamsyah, Istri Kedua. Buku ini berisi mengenai kisah-kisah nyata para pelaku poligami. Tidak sekadar merekam kesuksesan atau kegagalan, tetapi mendeskripsikan dinamikanya. Riak-riak yang terjadi selama menjalani bahtera keluarga karena harus berbagi dengan perempuan lain.Istri kedua pun tidak selamanya menjalani aktris antagonis. Lewat buku ini, penulis berupaya berbagi hikmah akan kisah nyata para pelakon poligami. Selamat membaca!

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pecinta Nasi Uduk

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image