Jelang Ramadhan Marak Shalawatan dengan Dangdut Koplo, Apa Hukumnya?
Salam Sahabat! Menjelang bulan suci Ramadhan 1443 Hijriyah, banyak pengamen yang melantunkan shalawat di jalan-jalan. Meski demikian, tidak sedikit diantara mereka yang memutar syair shalawat dengan nada dangdut koplo. Lantas, bagaimana ulama menyikapi fenomena tersebut?
Pendiri Pondok Pesantren Al Bahjah KH Yahya Zainal Maarif atau akrab disapa Buya Yahya menjelaskan, ada perbedaan dalam menilai objek tersebut apakah dilakukan oleh santri atau orang awam. Menurut Buya Yahya, martabat dua kelompok manusia ini berbeda. Dia menjelaskan, apa yang terjadi dengan fenomena shalawat dangdut ini sebenarnya dilakukan oleh orang awam. Mereka begitu cinta kepada nabi tetapi terkadang kurang bimbingan. “Karena itu mereka untuk sampai kepada nabi dengan ijtihadnya. Maka kalau itu orang awam jangan serta merta disalahkan. Pengen lagu (shalawat) ini supaya menarik kok monoton ganti dedel duel-dedel duel,”ujar Buya Yahya yang disiarkan lewat akun YouTube Al-Bahjah TV.
Menurut Buya Yahya, hal ini sesuai dengan Irsyad Marhalah Dakwah atau tahapan berdakwah. Dia menjelaskan, masyarakat desa memang terkadang tidak bisa qasidah shalawatan. Di lingkungan mereka, untuk mencari pembaca qasidah pun sulit. Karena itu, Buya Yahya menganjurkan untuk mengajari mereka syair dan lagu-lagu qasidah sehingga mereka bisa memahaminya. Buya Yahya berpesan jangan menakut-nakuti mereka dengan neraka karena mereka justru akan lebih jauh. “Mereka kalau diajari tertarik,”jelas Buya Yahya.
Dia menjelaskan, hal ini seusai dengan kisah Rasulullah SAW yang mendakwahi seorang pemabuk. Pemabuk tersebut menyatakan niatnya untuk masuk Islam kepada Rasulullah. Namun, si pemabuk mengaku masih ingin meminum khamar dan tidak berniat untuk berhenti meninggalkannya. Lantas, apakah Rasulullah melarangnya? Ternyata justru Rasulullah tidak mempermasalahkannya. Beliau SAW hanya berpesan agar si pemabuk itu duduk di dekat Rasulullah. “Sudahlah kamu duduk sering duduk disini dulu. Nah kan kalau sering duduk bareng Rasulullah minimal dia tidak akan mabuk (saat di dekat nabi). Pelan-pelan. Tidak main hantam haram,”jelas Buya Yahya.
Dia pun menegaskan, semestinya memang jangan melantunkan shalawat dengan nada-nada dangdut koplo. Buya Yahya pun menjelaskan, pengajarannya harus perlahan bagi masyarakat awam. “Semestinya jangan. Akan mengangkat syiarnya orang fasik. Nanti dia dengar lagu aslinya bilang bagusan aslinya,”jelas dia.
Dia mengatakan, perlakuan berbeda diterapkan untuk kalangan yang memang sudah berilmu alias kalangan santri. “Anda santri apalagi tukang hadrah keterlaluan (pakai lagu dangdut),”ujar dia.
Video Kajian Buya Yahya Soal Shalawatan dengan Dangdut
Baca juga: Viral Sarung Bermotif Anjing, Begini Klarifikasi Behaestex
Baca juga: Gambar Mirip Anjing di Sarung Atlas Ternyata Terinspirasi dari Walisongo, Kok Bisa?