Literasi

Kepala Perpusnas: Perguruan Tinggi Sudah tak Relevan Jadi Tempat Penelitian dan Pengembangan

Salam Sahabat! Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, melontarkan pernyataan menarik saat memberi kuliah umum kepada mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (22/3) kemarin.

Dalam kegiatan bertajuk Literasi Kuat Masyarakat Beradab tersebut, Kepala Perpusnas menjelaskan konsep baru Tridharma Perguruan Tinggi. Menurut dia, mahasiswa harus memahami konsep baru Tridharma yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.

Untuk poin pendidikan dan pengajaran, dia menjelaskan, hal ini sudah seharusnya melekat kepada institusi pendidikan. “Dan itu bukan kata kerja tapi kata benda. Saya mengusulkan menghasilkan alumni-alumni yang memiliki kemampuan untuk berpikir world class. Punya kreativitas, inovatif, dan mental yang tangguh,” jelasnya kepada ratusan mahasiswa yang hadir di Auditorium STKIP Taman Siswa, Jl. Pendidikan Taman Siswa No.1, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada Selasa (22/3/2022) seperti dilansir www.perpusnas.go.id.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk poin kedua yakni penelitian dan pengembangan, disebutkan bahwa tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Apalagi, sudah ada lembaga negara yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan ini. Dia menjelaskan, perguruan tinggi seharusnya menghasilkan lulusan yang dapat menciptakan lapangan kerja sesuai dengan ijazah dan profesi.

“Masihkah relevan perguruan tinggi penelitian dan pengembangan, ketika ada BRIN yang dibentuk pemerintah dan deputinya banyak sekali, anggarannya besar sekali?” ujarnya.

Untuk poin ketiga, disebutkan bahwa pengabdian masyarakat sebaiknya menggunakan pendekatan kepada masyarakat marjinal. “Yang ketiga, setuju ga kalau alumni perguruan tinggi ini mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan mendampingi orang yang termarjinalkan di 90 persen penduduk Indonesia. Setuju?” ungkapnya.

Dia menjelaskan, seharusnya mahasiswa dapat terjun ke masyarakat dan mengabdikan diri, sejak semester awal dan tidak mesti setelah lulus kuliah. “Kalau seluruh mahasiswa di sini bisa mengajarkan penduduk di NTB, melalui pak kadis, ini produk NTB bisa ke Eropa, kasih harga euro. Sampai sana dan masukkan ke YouTube Anda. Maka seketika itu kita semua jadi pengusaha. Kalau semua mahasiswa di sini jadi pengusaha, maka ekonomi kita akan segera bangkit,” urainya.

Menurut dia, pada era teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini, teritorial tidak lagi menjadi batasan dalam mendapatkan asupan untuk meningkatkan pengetahuan. Dia meyakini, STKIP Taman Siswa Bima dapat menjelma menjadi perguruan tinggi kelas dunia dengan tridharma perguruan tinggi.

Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Ibnu Khaldun Sudirman, menjelaskan kampusnya mempunyai visi menjadikan perguruan tinggi beradab dengan keunggulan kewirausahaan. Visi tersebut dijalankan dengan empat kata kunci yakni beradab, kewirausahaan, imtak, dan iptek.

Dia menjelaskan, Taman Siswa sudah menghasilkan 7.000 alumni yang tersebar di Sulawesi Barat, Papua, Maluku, dan NTT. Sebanyak 3.000 lulusan tersebar di pasar kerja pendidikan, sebanyak 25 persen bekerja sebagai perangkat desa, sebanyak lima persen di perbankan, dan sisanya berwirausaha di dunia kreatif.

“75 persen mahasiswa kami adalah ekonomi menengah ke bawah, sehingga kami bisa seperti ini pada hari ini, karena jaringannya. Jadi untuk menjadi beradab itu harus kuat imtaknya, ipteknya, dan kita harus konsisten untuk membangun masyarakat beradab,” jelas dia.

STKIP Taman Siswa Bima terlibat dalam Gerakan Masyarakat Sadar Literasi atau GEMAR Literasi di Kabupaten Bima. Program GEMAR Literasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengembangan nilai-nilai yang relevan terkait literasi dasar, khususnya bagi anak-anak yang mengalami kesulitan terberat.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pecinta Nasi Uduk