Pahami Ayat tanpa Belajar Sirah Bisa Kacau
Oleh Andrian Saputra
Memahami sejarah Islam dan kehidupan Nabi Muhammad Shalallahu laihi wa Salam sangat penting bagi setiap Muslim. Dengan mempelajari sejarah, seorang Muslim bisa melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau lewat pemahaman secara lebih menyeluruh. Lebih dari itu, sirah akan membuat seorang Muslim terhindar dari kesalahpahaman terutama dalam memahami teks-teks agama.
Pendakwah yang juga alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Ustaz Abdul Somad mencontohkan tentang fatalnya memahami sebuah ayat dengan tidak memahami sejarah. Seperti halnya, ada orang yang salah dalam mengambil kesimpulan dari ayat 39 surat Al Anfal sehingga berpendapat bahwa Rasulullah menyebarkan Islam dengan membunuh dan perang. Padahal, Rasulullah membangun Islam penuh perdamaian. Di Madinah, umat Islam bahkan hidup berdampingan penuh damai dengan non Muslim.
Rasulullah pun menjamin dan melindungi non Muslim di Madinah yang mau hidup berdampingan dalam kedamaian. Sementara, ayat 39 surat Al Anfal adalah seruan untuk melawan kafir harbi yakni kaum Quraisy Makkah yang memerangi Islam dan ingin membunuh nabi. Sebab itu, UAS berpendapat, pemahaman keliru terhadap Islam bisa jadi karena tidak mempelajari sejarah. Menurut dia, ketidaktahuan seorang Muslim terhadap sejarah Islam bahkan dapat membuatnya termakan isu-isu yang dibuat oleh orang-orang yang memusuhi Islam.
"Kenapa bisa muncul pemahaman yang kacau, itu karena tidak belajar sirah. Jadi dengan membaca sirah itu membentengi diri kita, setelah kita mengerti barulah kita bisa membela Islam. Membela islam tidak bisa dengan marah mengamuk, tapi dengan merunut kan ini (sejarah)," kata ustaz Abdul Somad saat mengisi Membaca Sejarah Nabi Muhammad yang diselenggarakan Majalah Mata Air beberapa waktu lalu.
Dengan mempelajari siroh, kaum Muslimin juga akan mengetahui sebab-sebab turunnya Alquran (Asbabun Nuzul) dan sebab-sebab turunnya hadis (Asbabul Wurudh). Sehingga dengan itu akan memperoleh pemahaman yang utuh terhadap teks Alquran dan hadis. Ustaz Abdul Somad mencontohkan terdapat hadis Nabi yang menjelaskan bahwa mayat akan disiksa bila ada anggota keluarganya meratap. Bila seseorang tidak mempelajari siroh maka tidak akan memahami mengapa mayat tersebut mendapat siksa padahal yang meratap adalah anggota keluarganya.
UAS menjelaskan berdasarkan siroh, orang-orang jahiliyah mempunyai tradisi mengukur status sosial satu keluarga ketika salah satu anggota keluarga itu ada yang mati. Ketika masih hidup, orang jahiliyah yang kuat ekonominya akan mewasiatkan pada anggota keluarganya semisal pada anaknya untuk menyewa kelompok meratap yang bertugas untuk meratap ketika ia mati. Saat dia mati, kelompok ratap beserta anggota keluarganya akan meratap sekuat-kuatnya sebagai tanda tingginya status keluarga mereka. Dari siroh tersebut dapat dipahami sebab mayit memperoleh siksa.