Akankah Swedia Kembali Mengijinkan Pembakaran Alquran?
JAKARTA -- Dua permohonan ijin pembakaran kitab suci sudah diajukan ke kepolisian Stockholm, Swedia, belum lama ini. Permohonan tersebut dilakukan setelah seorang pria keturunan Irak mendapat ijin untuk membakar Alquran di dekat masjid di Stockholm bertepatan pada Idul Adha 1444 H/2023 lalu yang menuai demonstrasi besar-besaran terutama di berbagai belahan negara Muslim. Baca juga: Perempuan Berusia 50 Tahun Ajukan Ijin Bakar Alquran di Swedia
Permohonan tersebut diajukan oleh seorang perempuan berusia 50 tahun yang meminta ijin untuk melakukan unjuk rasa membakar Alquran sesegera mungkin. Permohonan lainnya diajukan seorang pria yang ingin membakar kitab suci milik umat Yahudi Taurat dan kitab suci milik umat Nasrani, Injil. Pria tersebut hendak membakar dua kitab suci itu pada 15 Juli 2023. Belum ada keputusan dari pihak kepolisian apakah permohonan tersebut akan dikabulkan atau tidak. Baca juga: Pria Ini Ingin Bakar Taurat di Swedia, Bgini Kemarahan Israel.
Meski demikian, Pemerintah Swedia akan melakukan pemeriksaan apakah bisa mengubah hukum demi menghentikan orang untuk membakar Alquran di depan publik. Terlebih, aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut telah merusak keamanan Swedia, ujar Menteri Kehakiman Gunnar Strommer kepada Surat Kabar Aftonbladet, pada Kamis (6/7/2023) seperti dikutip redaksi Maktabu di Jakarta.
Pembakaran Alquran pekan lalu oleh imigran Irak di dekat Masjid Stockholm tak hanya memicu demonstrasi besar tetapi juga memantik kutukan dari pimpinan tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus. Pihak keamanan Swedia menjelaskan, insiden tersebut membuat negara menjadi tidak aman.
Otoritas kepolisian sebenarnya sudah menunda permohonan perijinan untuk pembakaran kitab suci pada tahun ini termasuk pembakaran Alquran. Meski demikian, pihak pengadilan menangguhkan keputusan polisi tersebut karena pengajuan tersebut dilindungi oleh hukum kebebasan berbicara di Swedia.
Menteri kehakiman mengatakan, pemerintah sedang menganalisis situasi tersebut apakah pemerintah bisa mengubah perundang-undangan tersebut atau tidak."Kami perlu bertanya kepada diri kami sendiri apakah tatanan tersebut baik atau adakah alasah untuk mempertimbangkannya kembali?"
Dia menambahkan bahwa Swedia telah menjadi target prioritas sebagai objek serangan. “Kita bisa melihat bahwa pembakaran Alquran pekan lalu telah menimbulkan ancaman terhadap keamanan internal kita,” ujarnya.