News

Benarkah Harimau Sumatra Suka Memakan Manusia?

Karisma Harimau Sumatra bukan sekadar legenda. Tidak sedikit korban dari kucing besar akibat konflik antara manusia dengan satwa itu. Kisah mamalia bernama latin Panthera Tigris Sumatrae tersebut saya dapatkan saat melakukan perjalanan jurnalisme ke hutan wakaf di Jantho, Aceh Besar, Aceh, pada pekan kedua Desember.

Hutan wakaf 1 yang terletak dekat dengan hutan lindung pun menjadi tempat lintasan Harimau Sumatra. Menurut Afrizal Akmal, founding hutan wakaf, seekor harimau betina kerap membawa anaknya keluar dari hutan lindung. Dia pergi mencari persembunyian dari sang ayah. Betina itu tidak mau anak yang baru keluar dari rahimnya menjadi santapan sang jantan. Dia pun akan beranjak setelah anaknya sudah bisa mencari makan sendiri untuk pindah kembali ke habitatnya.

Menurut Afrizal, keberadaan si belang, begitu dia memanggi si harimau, bisa dikenali lewat baunya yang anyir. Tak hanya itu, si belang juga kerap meninggalkan bekas cakaran di batang pohon. “Kalau sudah ada tandanya jangan lagi mendekat. Langsung balik kanan,”kata Afrizal.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) wilayah Sumatera mencatat terdapat sebanyak 603 ekor harimau di wilayah Sumatera, sementara untuk wilayah Aceh terdapat 200 ekor harimau. Populasi harimau terus berkurang seiring dengan hutan yang tergerus.

Juanda, relawan Hutan Wakaf Aceh yang juga ikut menemani perjelanan kami mengaku pernah bertemu tiga kali dengan harimau. Hanya saja, pegawai Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Aceh itu berjumpa dengan hewan buas tersebut bukan di hutan wakaf. Dia bertemu dengan harimau liar di kebunnya yang berlokasi di Gunung Pintu Rimba, Aceh Selatan. Menurut Juanda, harimau itu menampakkan batang hidungnya dua kali. “Waktu itu malam. Saat saya mau tengok durian ternyata ada dia,”ujar Juanda.

Juanda menyaksikan betapa harimau tersebut menghabiskan duriannya yang sudah ranum. Dia pun tak habis pikir kecerdasan harimau bisa membuka kulit durian dengan rapi. “Kulitnya dibuka rapi. Tidak seperti beruang,”jelas dia.

Pertemuan berikutnya, Juanda bersama kawannya bahkan menghampiri gua persembunyian harimau di atas gunung. Mereka melempar bangkai kambing sebagai panganan harimau. Salah satu dari harimau itu lantas menarik bangkai tersebut untuk melahapnya.

Ada juga harimau yang memakan manusia. Menurut Juanda, peristiwa tersebut terjadi di Desa Alue Baro, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan. Seorang petani diterkam oleh harimau setelah hilang di hutan. Tubuhnya terpisah. Juanda pun menjadi salah satu relawan yang mencari jenazah petani tersebut.

Juanda meminta agar masyarakat tidak serta merta menyalahkan harimau dalam konflik tersebut. Menurut dia, harimau yang memangsa manusia adalah harimau pendatang yang pindah dari habitatnya. Mereka pindah karena hutan tempat harimau itu tinggal dirusak manusia. Mau tidak mau, mereka pun mencari tempat lain. Harimau yang terusir ini pun tidak memilih lagi makhluk apa yang akan diterkamnya. “Karena dia tidak milih milih lagi Mangsa, sebab sudah lama terusir dan lapar dari kawasan yang terganggu,”jelas dia.

Juanda juga bercerita jika harimau lokal kerap mengingatkan warga setempat tentang keberadaan harimau pendatang. Saat mereka sudah dekat dengan pemukiman, harimau lokal yang akan mengaum. “Yang mengaum itu harimau lokal memberi tanda pada kita bahwa ada yang masuk di kawasan, “tambah dia. Menurut dia, jika harimau lokal kalah dalam konflik kekuasaan dengan pendatang, dia akan pergi. “Disitulah harimau masuk menciptakan tanda kekuasaan/ berkonflik tanpa memilih mangsa,”kata Juanda.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pecinta Nasi Uduk