Waktu, Ciri, dan Hikmah Lailatul Qadar, Begini Penjelasan Pakar Hadits
Sepuluh hari terakhir ini dimanfaatkan kaum Muslimin untuk memburu Lailatul Qadar. Sebuah malam yang dikatakan Alquran lebih baik dari seribu bulan. Inilah momentum istimewa yang menjadi anugerah untuk umat Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana penjelasan pakar hadis almarhum Dr Luthfi Fathullah tentang Lailatul Qadar? Almarhum yang pada masa akhir hidupnya mengabdikan diri sebagai ketua Baznas DKI Jakarta itu pernah memberi penjelasan tentang seputar Lailatul Qadar di Harian Republika. Tim Redaksi Maktabu menyajikan pendapat ulama betawi itu kembali untuk para pembaca sekalian.
Rahasia berterusan pada setiap tahunnya itu adalah waktu dan itu di malam hari, mulai jam yang tidak dipastikan, sampai fajar terbit atau azan subuh. Malam ini (Lailatul Qadar) terjadi di malam-malam ganjil pada sepuluh ketiga (21, 23, 25,27 dan 29) Ramadhan. Namun, dari riwayat yang ada, kebanyakannya terjadi di malam 27 Ramadhan.
Imam Syafi'i sendiri berpendapat bahwa yang paling banyak terjadi adalah malam 21 Ramadhan.Keutamaannya jelas. Alqur'an menyebutkan bahwa malam ini lebih baik daripada seribu bulan atau setara dengan 82 tahun (lih. Surat al-Qadar). Dan hadisnya juga jelas: "Barang siapa yang menghidupkan/beribadah di malam Lailatul Qadar, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu" (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hikmah di balik ini sangat luar biasa. Umat Islam diberi keistimewaan, untuk menambah pundi-pundi kebaikannya/pahalanya, Allah memberi bonus 1 malam = 1000 bulan. Angka yang fantastis. Karena itu, Rasulullah saw berkali-kali mengajak sahabat dan umatnya untuk menggunakan kesempatan ini, mencari Lailatul Qadar. Dan pada peraktiknya, beliau beserta keluarga, mencarinya sepanjang 10 hari terahir dengan cara Iktikaf di Masjid tanpa pulang-pulang. Setelah beliau wafat, Istri-istri beliau pun melanjutkan tradisi atau sunah ini.
Ciri-ciri malam Lailatul Qadar agak sedikit samar. Yang jelas malah ciri atau tanda Subuh hari setelah malam Lailatul Qadar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam banyak hadis sahih, ciri pagi malam Lailatul Qadar adalah matahari yang terbit pada pagi hari itu terlihat agak redup, sinarnya seolah-olah terhalang oleh kabut sehingga tidak 100 % seperti hari biasa.
Berikut riwayat lengkapnya: Dari Ubay ibn Ka'ab berkata: Abdullah bin Mas'ud berkata: "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan menemui malam Lailatul Qadar." Ubay berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadhan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadar itu adalah malam, di mana Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah, yaitu malam ke duapuluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot."
Sedangkan tanda-tanda orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar, secara teks, Alquran dan Hadis tidak menyebutkannya. Ada dalam kitab-kitab klasik cerita beberapa ulama yang menceritakan orang yang mendapatkan malam istimewa ini, salah satu dari meraka yang mendapatkan ini adalah Imam al-Nawawi, pengarang kitab Riyadhus Shalihin. Sedangkan ciri umum adalah orang itu akan lebih baik ahlak dan ibadahnya dibanding sebelumnya.